tema

Jumat, 10 Juni 2016

PROPOSAL PENELITIAN




Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak Usia 5-6 Melalui Permainan Permata Tersembunyi pada anak Taman Kanak-kanak

Proposal Penelitian

Diajukan kepada dosen Bahasa Indonesia Bapak Sangsang Sangabakti

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/1/19/Logo_Gunadarma.jpg


Oleh :
Della Tilasnuari



PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA 2
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
   
   




Jakarta, 10 juni 2016

Penyusun


Della Tilasnuari


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang Masalah
1.2       Identifikasi Masalah
1.3        Pembatasan Masalah
1.4       Perumusan Masalah
1.5       Tujuan Penelitian
1.6       Manfaat Penelitian
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1        Kreativitas Berbahasa Anak          
2.2       Bermain
2.3       Permainan Permata Tersembunyi
2.4       Hipotesis
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1       Jenis Penelitian
3.2       Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
3.3       Rencana dan Prosedur Penelitian
3.4       Teknik Pengumpulan Data
3.5       Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.          Latar Belakang Masalah
            Pendidikan usia dini memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan anak karena merupakan pondasi dasar dalam kepribadian anak. Anak yang berusia 5-6 tahun memiliki masa perkembangan kecerdasan yang sangat pesat sehingga masa ini disebut golden age (masa emas). Masa ini merupakan masa dasar pertama dalam mengembangkan berbagai kegiatan dalam rangka pengembangan potensi anak sejak usia dini. Potensi yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan kecerdasan anak yaitu kreativitas berbahasa lisan anak.
            Kreativitas berbahasa anak meliputi kemampuan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca, hal ini berkaitan dengan pendapat Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12)
            Kreativitas berbahasa, terutama berbicara (berbahasa lisan) diperlukan sebagai dasar bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan orang tuanya maupun dengan teman seusianya serta orang lebih dewasa dari segi umurnya. Kreativitas bahasa lisan merupakan perkembangan yang sangat penting bagi anak usia dini, karena bahasa bukanlah sekedar pengucapan kata-kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, mengatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan. Tujuan berbahasa lisan adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan seseorang. Secara umum kreativitas bahasa lisan  anak usia 5-6 tahun sudah dapat menyebut berbagai bunyi atau suara tertentu, menirukan 4-5 urutan kata, menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat rumah secara sederhana dan sudah dapat menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana.
            Permainan Permata Tersembunyi merupakan permainan yang sangat menarik bagi anak karena permainan ini menggunakan gambar-gambar yang terdapat didalam permata. Permainan ini sangat memotivasi anak untuk mencari permata yang tersembunyi tersebut. Permainan ini dilakukan didalam ruangan dengan menggunakan wadah plastik yang berukuran besar, didalamnya terdapat pasir dan permata-permata yang berisikan gambar-gambar. Permainan permata tersembunyi adalah sebuah aktivitas terobosan bahwa anak-anak menghadapi beberapa permasalahan sensorik atau liquisik ketika mereka hendak menyusupkan tangan mereka ke dalam wadah plastik yang berisi pasir dan mereka berusaha mendapatkan permata yang tersembunyi didalam wadah. Setelah anak berhasil menemukan permata yang dicarinya, anak secara tidak langsung mengeluarkan ekspresi sehingga anak terdorong untuk menceritakan benda yang telah ditemukannya. Dalam permainan ini anak diharuskan untuk menceritakan apa yang terdapat didalam permata tersebut sehingga dapat melatih kreativitas berbahasa lisan anak.
            Fenomena di atas dapat menyimpulkan pertanyaan mengapa anak-anak belum mampu berbahasa lisan dengan baik. Dari kondisi tersebut sudah selayaknya seorang guru TK untuk melakukan usaha perbaikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah memilih salah satu strategi pembelajaran yang tepat. Peneliti berencana menggunakan pembelajaran melalui Permainan Permata Tersembunyi untuk Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak
1.2       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka identifikasi masalah antara lain :
a.       Anak belum dapat berkomunikasi, berbicara lancar secara lisan dalam permainan permata tersembunyi
b.      Anak belum mampu menceritakan isi gambar yang di temukan dalam permainan permata tersembunyi
c.       Anak belum maksimal mengekspresikan kreativitas berbahasa lisan seperti mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya dalam permainan permata tersembunyi
1.3.      Pembatasan Masalah
            Penelitian ini difokuskan pada meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 melalui permainan permata tersembunyi pada anak Taman Kanak-kanak 
1.4       Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 dapat ditingkatkan melalui permainan permata tersembunyi pada anak Taman Kanak-kanak.
1.5       Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun melalui permainan permata tersembunyi pada anak Taman Kanak-kanak 
1.6       Manfaat Penelitian
a.         Manfaat Teoretis
Hasil penelitian diharapkan dapat pengetahuan ilmiah dan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 melalui permainan permata tersembunyi pada anak TK.
b.         Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik bagi anak, guru, serta sekolah antara lain:
Bagi Anak
Bermanfaat untuk meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak melalui Permainan Permata Tersembunyi
Bagi Guru
Bemanfaat sebagai pedoman dalam meningkatkan kreativitas berbahasa lisan, terutama berbahasa lisan.
Bagi Sekolah
            Bermanfaat untuk meningkatkan prestasi pada anak TK, dapat dilihat dari meningkatnya kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun.




BAB II
LANDASAN TEORI
2.1       Kreativitas Berbahasa Anak
A.        Pengertian Kreativitas Anak
            Menurut Anna Craft (2000:11) kreativitas anak adalah berkaitan dengan imajinasi atau manifestasi kecerdikan dalam pencarian yang bernilai. Menurut Nurchasanah (2006:6) Kreativitas berbahasa lisan anak usia prasekolah berbeda dengan orang dewasa. Kreativitas mereka tidak dapat diukur dari kualitas kebenaran bahasa yang diungkapkan, maupun variasi, dan kebaruannya. Kreativitas mereka masih dalam taraf yang sederhana. Kemauan mereka berbahasa, mengungkapkan gagasan, dan perasaan secara lisan, sudah menunjukkan bahwa mereka kreatif. Kreativitas berbahasa lisan mereka dapat terlihat dari indikator-indikator berikut: (1) kemauan bertanya, (2) kemauan menjawab pertanyaan, (3) kemauan bercerita, (4) kemauan menginformasikan sesuatu kepada orang lain, teman, atau guru.
            Dari definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada sehingga manfaatnya bernilai lebih dibanding sebelumnnya.
B         Ciri-ciri Kreativitas Anak
Menurut Paul Torrance dalam Kodarni (2011:24) mengemukakan ciri-ciri tindakan kreatif anak prasekolah:
Anak prasekolah yang kreatif belajar dengan cara yang kreatif, yaitu dimana anak belajar untuk memenuhi kebutuhannya melalui eksperimen, eksplorasi, manipulasi dan permainan.
Anak prasekolah yang kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal membutuhkan usaha kreatif. Anak yang kreatif tidak mudah bosan terhadap sesuatu yang baru, seperti mainan, biasanya ketertarikannya lebih dari 60 menit bahkan lama.
Anak yang kreatif memiliki sesuatu yang menakjubkan, seperti kegiatan memimpin, mengorganisasi teman-temannya.
Anak prasekolah kreatif belajar banyak melalui fantasi dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalamannya.
Anak kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang alamiah.
Proses kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah mengindentifikasi secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung, yang dapat diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang ditampilkan oleh individu.
C.        Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kreativitas Anak
Menurut Clark dalam Zainal Abidin (2010:3) yang mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu :
Faktor yang mendukung perkembangan kreativitas adalah sebagai berikut:
Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan.
Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan.
Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan dan mengkomunikasikan.
Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari umumnnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya.
Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian).
Perhatian dari orang tua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan sekolah, dan motivasi diri.
D.        Kreativitas Berbahasa Lisan
Menurut Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12) kreativitas berbahasa ditunjukkan dengan keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berkomunikasi dengan berbicara, menulis dan membaca.
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat bilangan, lukisan, dan mimik muka. Sedangkan fungsi utama bahasa pada anak yaitu 1) meniru ucapan orang dewasa, 2) membayangkan situasi (terutama dialog), 3) mengatur permainan. Tiga fungsi kegiatan berbahasa lisan ini dapat dilakukan di taman kanak-kanak melalui kegiatan mendongeng, menceritakan kembali kisah yang telah didengarkan, berbagi pengalaman, sosiodrama maupun mengarang cerita dan sajak. Dengan kegiatan tersebut diharapkan kreativitas dan kemampuan berbahasa lisan anak dapat terkembangkan lebih optimal. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas berbahasa lisan anak dapat diketahui dengan indikator 1) keterampilan berkomunikasi secara efektif, 2) mendengarkan, 3) berkomunikasi dengan berbicara, 4) menulis dan 5) membaca.

2.2       Bermain
1.      Pengertian Bermain
            Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikologi ahli filsafat dan lain sebagainya. Mereka lebih tertantang untuk lebih memahami arti bermain yang dikaitkan dengan tingkah laku manusia.
            Bambang dan Yuliani (2005:104) mengemukakan bahwa kegiatan bermain adalah proses sosialisasi yang sangat efektif melalui permainan anak belajar menjalankan suatu peran tertentu dapat menerima pandangan orang lain dan melatih cara berkomunikasi. 
2.         Manfaat Bermain
Fungsi dan manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini dalam fungsi dan manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan anak seperti diuraikan berikut :
a.       Perkembangan Bahasa
Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu memperkaya perbendaharaan kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak.
b.      Perkembangan Moral
Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya.
c.       Perkembangan Sosial
Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar membina hubungan dengan sesamanya. Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan berlatih sikap sosial lainnya.
d.      Perkembangan Emosi
Bermain merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia belajar untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk relaksasi.
Pada beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi.
e.       Perkembangan kognitif
Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga dapat belajar untuk memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat mengenal dunia sekitarnya dan menguasai lingkungannya.
f.       Perkembangan Fisik
Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot tubuhnya, sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
g.      Perkembangan Kreativitas
Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak mendapatkan kebebasan. 
3.      Nilai-nilai Bermain
            Para peneliti telah menemukan bahwa nilai bermain bagi anak sangat luas dan meliputi seluruh aspek perkembangan anak, baik fisik, kognitif bahasa sosial emosional maupun kreativitas. Berikut ini akan diuraikan nilai-nilai bermain bagi tiap-tiap aspek perkembangan anak, yaitu bagi aspek pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan bahasa, sosial dan emosional (Montolalu, 2007:112).
a.       Nilai Bermain Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
Melalui permainan, aspek motorik kasar anak dapat dikembangkan. Kegiatan bermain dapat merangsang anak untuk menggunakan anggota-anggota tubuhnya. Kegiatan dalam bentuk bermain bebas, seperti berjalan, berlari, melompat, merangkak, melempar, mendorong, berayun, meluncur, meniti dan sebagainya sangat besar nilainya bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Dalam kegiatan fisik ini seluruh tubuh anak aktif. Otot-otot besar dan otot-otot kecil memperoleh latihan, termasuk koodinasi otot-otot tersebut. Anak dapat menyalurkan energinya yang berlebihan melalui bermain yang mengandung gerakan-gerakan kasar dan kuat. Peredaran darah, kerja pencernaan makanan dan pernapasan anak menjadi teratur. Disamping itu kegiatan anak yang mempergunakan banyak tenaga dapat menimbulkan nafsu makan dan tidur yang sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
b.      Nilai Bermain Bagi Perkembangan Kognitif
Bermain merupakan media yang amat diperlukan untuk proses berfikir karena menunjang perkembangan intelektual melalui pengalaman yang memperkaya cara berfikir anak. Bermain merupakan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian-penelitian, melakukan  percobaan-percobaaan untuk memperoleh pengetahuan. Bermain juga membuka kesempatan bagi anak untuk berkreasi, menemukan serta membentuk dan membangun saat mereka menggambar, bermain air, bermain dengan tanah liat atau plastisin dan bermain balok.
c.       Nilai Bermain Bagi Perkembangan Sosial
TK didirikan dengan maksud sebagai pengantar anak memasuki SD dengan memberikan kesempatan pada anak bersosialisasi melaui cara yang sesuai dengan sifat alamiah anak yaitu bermain. Itu sebabnya di TK kegiatan bermain tidak bisa dikurangkan apalagi ditiadakan dengan sengaja atau tidak sengaja sering terjadi di TK. Dalam situasi bermain anak-anak akan belajar menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan keadaan kadang-kadang jumlah alat permainan yang sedikit memakasa anak untuk saling berbagi dengan temannya. Anak belajar menunggu giliran/antri, belajar bekerja sama, saling tolong menolong dan juga belajar menaati peraturan-peraturan bermain yang dimainkan bersama.
d.      Nilai Bermain Bagi Perkembangan Emosional
Bermain bersama anak mengalami pertengkaran dan berebut mainan. Hal ini biasa terjadi dalam proses menyesuaikan diri. Secara berangsur-angsur anak mendapat kesempatan unfuk mengontrol emosinya, belajar menahan diri dan bersabar. Disamping itu dari pengalaman pertengkaran yang terjadi, anak akan memperoleh konsep moral, seperti salah, benar, baik, buruk, jujur, adil, curang, fair dan sebagainya. 

2.3.          Permainan Permata Tersembunyi
            Permainan permata tersembunyi dapat dilakukan dengan perlengkapan sebagai berikut:
Pasir di wadah plastik yang besar atau kotak pasir di halaman (pilihan lain: beras, kacang, atau pasir ukuran kecil di dalam karung, plastik besar di dalam baskom,  jika aktivitas ini lakukan di dalam ruangan).
Kotak kecil yang berbentuk permata dari plastik
Gambar-gambar yang disesuaikan dengan tema pembelajaran
Adapun cara melaksanakan permainan tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Sembunyikan seluruh permata yang berisikan gambar-gambar di dalam pasir dan mulailah pencarian dengan menggali untuk menemukan permata tersembunyi
b)      Katakan (jika diperlukan, gunakan isyarat dengan jari) jumlah permata yang tersembuyi di dalam pasir. Kemudian katakan “ada lima permata tersembunyi di dalam pasir, Arsya bisakah kamu temukan semuanya?”
c)      Berikan dorongan kepada anak untuk menyusupkan tangannya ke dalam pasir, alih-alih menyingkirkan pasir itu, untuk mencari permata itu
d)     Menyuruh anak menceritakan sesuatu mengenai permata yang telah ditemukannya
e)      Mintalah anak meletakkan permata yang ditemukannya ke dalam sebuah wadah supaya dia dapat menghitung, dan menyebutkan nama-nama gambar yang terdapat di dalam permata tersebut.
            Adapun tujuan dari permainan ini adalah:
Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang ditemukan dalam permata.
Anak dapat berbicara dengan kalimat sederhana ketika bercerita tentang permainan permata tersembunyi yang dilakukannya
Anak dapat bercerita tentang isi permata yang tersembunyi
Anak dapat mengucapkan sajak tentang gambar yang didapatkannya dalam permata.
Anak dapat menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari gambar yang ditemukan dalam permata.
2.4.     Hipotesis
            Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6 Tahun dapat ditingkatkan melalui permainan permata tersembunyi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.          Jenis Penelitian
            Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, sebagaimana dikemukakan oleh Wardani (2002:14) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga kemampuan anak dalam berbahasa lisan dapat ditingkatkan.
            Rochiati (2005:24) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan yang telah ditetapkan.

3.2.           Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
            Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu :
Permainanan permata tersembunyi (Variabel Y), merupakan permainan di dalam ruangan dan tidak punya kesempatan untuk membuat kotak pasir.
Kreativitas Berbahasa lisan (Variabel X), kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang anak yang kreatif berbahasa secara lisan.
            
3.3.          Rencana dan Prosedur Penelitian
            Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, adapun setiap siklus dilakukan dalam 4 kali pertemuan. Adapun  tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu: 1) Perencanaan atau persiapan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dan interpretasi, 4) Analisis data, refleksi.
            Suharsimi Arikunto dkk (2006:16) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan berbahasa lisan anak, dan diamati oleh observer. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, daur siklus penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Suharsimi Arikunto (2006:16) adalah sebagai berikut:

a)      Perencanaan
            Rencana tindakan kelas, berisikan kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sebagai solusi. Perencanaan ini dimulai dengan menetapkan kelas sebagai tempat penelitian. Menyiapkan perangkat pembelajaran mulai dari silabus, Rencana Kegiatan harian, lembaran observasi guru dan anak, tes kemampuan berbahasa lisan.
b)     Pelaksanaan
            Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melakukan mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia, mengidentifikasi tema dan sub tema dan memetakannya dalam jaring tema, mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan sub tema, menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih. Pelaksanaan pembelajaran dengan kreativitas berbahasa lisan dilaksanakan guru dengan cara:
Sembunyikan seluruh permata (terkubur) di dalam pasir dan mulailah pencarian dengan menggali untuk menemukan “permata” tersembunyi.
Katakan (jika diperlukan, gunakan isyarat dengan jari) jumlah permata yang tersembunyi di dalam pasir. Kemudian katakan “ada lima permata tersembunyi di dalam pasir, Arshya, bisakah kamu temukan semuanya?”.
Berikan dorongan kepada anak untuk menyusupkan tangannya ke dalam pasir, alih-alih menyingkirkan pasir itu, untuk mencari permata itu
Menyuruh anak menceritakan sesuatu mengenai permata yang telah ditemukannya
Mintalah anak meletakkan permata yang ditemukannya ke dalam sebuah wadah supaya dia dapat menghitung, dan menyebutkan nama-nama gambar yang terdapat di dalam permata tersebut.
c)      Pengamatan
Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap anak. Tujuannya untuk mengetahui kualitas pelaksanaan tindakan. Waktu pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan melibatkan seorang guru lain sebagai pengamat yang menggunakan lembaran observasi.
d)     Refleksi
            Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Untuk merencanakan perbaikan pada siklus I terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen terkait. Dari hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan pada siklus ke II. Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari, mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali pengalaman sendiri. 
3.4.           Teknik Pengumpulan Data
Adapun data dalam penelitian ini adalah data tentang kreativitas berbahasa lisan yang diperoleh dari hasil pengamatan. 
3.5.           Analisis Data
            Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data tentang kemampuan berbahasa lisan, diolah dengan teknik analisis deskriptif yang bersifat kuantitatif. Analisis data yang dilakukan secara deskriptif bertujuan untuk menggambarkan data tentang aktivitas guru dan anak selama proses pembelajaran, dan data peningkatan kemampuan berbahasa lisan pada anak, selanjutnya penelitian terhadap kreativitas berbahasa lisan anak menggunakan ketentuan penilaian menurut Pedoman Penilaian Taman Kanak-kanak dengan menggunakan simbol bintang sebagaimana telah dijelaskan di atas.

DAFTAR PUSTAKA
https://skripsipekanbaru.wordpress.com/2013/04/29/contoh-proposal-paud-teori-bahasa-dan-kreativitas/
http://paudjateng.xahzgs.com/2015/09/fungsi-manfaat-bermain-bagi-anak.html