Meningkatkan
Kreativitas Berbahasa Lisan Anak Usia 5-6 Melalui Permainan Permata Tersembunyi
pada anak Taman Kanak-kanak
Proposal
Penelitian
Diajukan
kepada dosen Bahasa Indonesia Bapak Sangsang Sangabakti
Oleh
:
Della
Tilasnuari
PROGRAM
STUDI BAHASA INDONESIA 2
JURUSAN
SISTEM INFORMASI
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir
kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta,
10 juni 2016
Penyusun
Della
Tilasnuari
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
1.2
Identifikasi Masalah
1.3 Pembatasan
Masalah
1.4 Perumusan Masalah
1.5 Tujuan Penelitian
1.6 Manfaat Penelitian
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Kreativitas Berbahasa Anak
2.2
Bermain
2.3
Permainan Permata Tersembunyi
2.4 Hipotesis
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Variabel Penelitian dan Defenisi
Operasional Variabel
3.3 Rencana dan Prosedur Penelitian
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Analisis Data
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan usia dini memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan anak
karena merupakan pondasi dasar dalam kepribadian anak. Anak yang berusia 5-6
tahun memiliki masa perkembangan kecerdasan yang sangat pesat sehingga masa ini
disebut golden age (masa emas). Masa ini merupakan masa dasar pertama
dalam mengembangkan berbagai kegiatan dalam rangka pengembangan potensi anak
sejak usia dini. Potensi yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan
kecerdasan anak yaitu kreativitas berbahasa lisan anak.
Kreativitas berbahasa anak meliputi kemampuan berkomunikasi secara efektif,
mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca, hal ini berkaitan dengan
pendapat Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12)
Kreativitas berbahasa, terutama berbicara (berbahasa lisan) diperlukan sebagai
dasar bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan orang tuanya
maupun dengan teman seusianya serta orang lebih dewasa dari segi umurnya.
Kreativitas bahasa lisan merupakan perkembangan yang sangat penting bagi anak
usia dini, karena bahasa bukanlah sekedar pengucapan kata-kata atau bunyi,
tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, mengatakan, menyampaikan
atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan. Tujuan berbahasa lisan
adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan
seseorang. Secara umum kreativitas bahasa lisan anak usia 5-6 tahun sudah
dapat menyebut berbagai bunyi atau suara tertentu, menirukan 4-5 urutan kata,
menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat rumah secara sederhana
dan sudah dapat menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara
sederhana.
Permainan Permata Tersembunyi merupakan permainan yang sangat menarik bagi anak
karena permainan ini menggunakan gambar-gambar yang terdapat didalam permata.
Permainan ini sangat memotivasi anak untuk mencari permata yang tersembunyi
tersebut. Permainan ini dilakukan didalam ruangan dengan menggunakan wadah
plastik yang berukuran besar, didalamnya terdapat pasir dan permata-permata
yang berisikan gambar-gambar. Permainan permata tersembunyi adalah sebuah
aktivitas terobosan bahwa anak-anak menghadapi beberapa permasalahan sensorik
atau liquisik ketika mereka hendak menyusupkan tangan mereka ke dalam wadah
plastik yang berisi pasir dan mereka berusaha mendapatkan permata yang
tersembunyi didalam wadah. Setelah anak berhasil menemukan permata yang
dicarinya, anak secara tidak langsung mengeluarkan ekspresi sehingga anak
terdorong untuk menceritakan benda yang telah ditemukannya. Dalam permainan ini
anak diharuskan untuk menceritakan apa yang terdapat didalam permata tersebut
sehingga dapat melatih kreativitas berbahasa lisan anak.
Fenomena di atas dapat menyimpulkan pertanyaan mengapa anak-anak belum mampu
berbahasa lisan dengan baik. Dari kondisi tersebut sudah selayaknya seorang
guru TK untuk melakukan usaha perbaikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan
guru adalah memilih salah satu strategi pembelajaran yang tepat. Peneliti
berencana menggunakan pembelajaran melalui Permainan Permata Tersembunyi untuk Meningkatkan
Kreativitas Berbahasa Lisan Anak
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan maka identifikasi masalah antara lain :
a. Anak
belum dapat berkomunikasi, berbicara lancar secara lisan dalam permainan
permata tersembunyi
b. Anak
belum mampu menceritakan isi gambar yang di temukan dalam permainan permata
tersembunyi
c. Anak
belum maksimal mengekspresikan kreativitas berbahasa lisan seperti mengeluarkan
ide-ide atau pendapatnya dalam permainan permata tersembunyi
1.3. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak
usia 5-6 melalui permainan permata tersembunyi pada anak Taman Kanak-kanak
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan
pembatasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah
kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 dapat ditingkatkan melalui permainan
permata tersembunyi pada anak Taman Kanak-kanak.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
perumusan masalah di atas, maka disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun
melalui permainan permata tersembunyi pada anak Taman Kanak-kanak
1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Hasil
penelitian diharapkan dapat pengetahuan ilmiah dan sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan dalam meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6
melalui permainan permata tersembunyi pada anak TK.
b. Manfaat Praktis
Melalui
penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik bagi anak, guru, serta
sekolah antara lain:
Bagi
Anak
Bermanfaat
untuk meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak melalui Permainan Permata
Tersembunyi
Bagi
Guru
Bemanfaat
sebagai pedoman dalam meningkatkan kreativitas berbahasa lisan, terutama
berbahasa lisan.
Bagi
Sekolah
Bermanfaat untuk meningkatkan prestasi pada anak TK, dapat dilihat dari
meningkatnya kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Kreativitas Berbahasa Anak
A. Pengertian Kreativitas Anak
Menurut Anna Craft (2000:11) kreativitas anak adalah berkaitan dengan imajinasi
atau manifestasi kecerdikan dalam pencarian yang bernilai. Menurut Nurchasanah
(2006:6) Kreativitas berbahasa lisan anak usia prasekolah berbeda dengan orang
dewasa. Kreativitas mereka tidak dapat diukur dari kualitas kebenaran bahasa
yang diungkapkan, maupun variasi, dan kebaruannya. Kreativitas mereka masih
dalam taraf yang sederhana. Kemauan mereka berbahasa, mengungkapkan gagasan,
dan perasaan secara lisan, sudah menunjukkan bahwa mereka kreatif. Kreativitas
berbahasa lisan mereka dapat terlihat dari indikator-indikator berikut: (1)
kemauan bertanya, (2) kemauan menjawab pertanyaan, (3) kemauan bercerita, (4)
kemauan menginformasikan sesuatu kepada orang lain, teman, atau guru.
Dari definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan
untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan atau memodifikasi
sesuatu yang sudah ada sehingga manfaatnya bernilai lebih dibanding
sebelumnnya.
B Ciri-ciri Kreativitas Anak
Menurut
Paul Torrance dalam Kodarni (2011:24) mengemukakan ciri-ciri tindakan kreatif
anak prasekolah:
Anak
prasekolah yang kreatif belajar dengan cara yang kreatif, yaitu dimana anak
belajar untuk memenuhi kebutuhannya melalui eksperimen, eksplorasi, manipulasi
dan permainan.
Anak
prasekolah yang kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal
membutuhkan usaha kreatif. Anak yang kreatif tidak mudah bosan terhadap sesuatu
yang baru, seperti mainan, biasanya ketertarikannya lebih dari 60 menit bahkan
lama.
Anak
yang kreatif memiliki sesuatu yang menakjubkan, seperti kegiatan memimpin,
mengorganisasi teman-temannya.
Anak
prasekolah kreatif belajar banyak melalui fantasi dan memecahkan permasalahan
dengan menggunakan pengalamannya.
Anak
kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang
alamiah.
Proses
kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah
mengindentifikasi secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu
sedang berlangsung, yang dapat diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang
ditampilkan oleh individu.
C. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kreativitas
Anak
Menurut
Clark dalam Zainal Abidin (2010:3) yang mengkategorikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kreativitas yaitu :
Faktor
yang mendukung perkembangan kreativitas adalah sebagai berikut:
Situasi
yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan.
Situasi
yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan.
Situasi
yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
Situasi
yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
Situasi
yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa,
mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil
perkiraan dan mengkomunikasikan.
Kedwibahasaan
yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas
karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel
dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang
berbeda dari umumnnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya.
Posisi
kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif
daripada anak laki-laki yang lahir kemudian).
Perhatian
dari orang tua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan sekolah, dan
motivasi diri.
D. Kreativitas Berbahasa Lisan
Menurut
Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12) kreativitas berbahasa ditunjukkan
dengan keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berkomunikasi
dengan berbicara, menulis dan membaca.
Bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini,
tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti
dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat bilangan, lukisan, dan mimik muka.
Sedangkan fungsi utama bahasa pada anak yaitu 1) meniru ucapan orang dewasa, 2)
membayangkan situasi (terutama dialog), 3) mengatur permainan. Tiga fungsi
kegiatan berbahasa lisan ini dapat dilakukan di taman kanak-kanak melalui
kegiatan mendongeng, menceritakan kembali kisah yang telah didengarkan, berbagi
pengalaman, sosiodrama maupun mengarang cerita dan sajak. Dengan kegiatan
tersebut diharapkan kreativitas dan kemampuan berbahasa lisan anak dapat
terkembangkan lebih optimal. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kreativitas berbahasa lisan anak dapat diketahui dengan indikator 1)
keterampilan berkomunikasi secara efektif, 2) mendengarkan, 3) berkomunikasi
dengan berbicara, 4) menulis dan 5) membaca.
2.2 Bermain
1. Pengertian
Bermain
Bermain
merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikologi
ahli filsafat dan lain sebagainya. Mereka lebih tertantang untuk lebih memahami
arti bermain yang dikaitkan dengan tingkah laku manusia.
Bambang dan Yuliani (2005:104) mengemukakan bahwa kegiatan bermain adalah
proses sosialisasi yang sangat efektif melalui permainan anak belajar
menjalankan suatu peran tertentu dapat menerima pandangan orang lain dan
melatih cara berkomunikasi.
2. Manfaat Bermain
Fungsi
dan manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini dalam fungsi dan manfaat
bermain meliputi seluruh aspek perkembangan anak seperti diuraikan berikut :
a. Perkembangan
Bahasa
Aktivitas
bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu memperkaya perbendaharaan
kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak.
b. Perkembangan
Moral
Bermain
membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi
pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya.
c. Perkembangan
Sosial
Bermain
bersama teman melatih anak untuk belajar membina hubungan dengan sesamanya.
Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan berlatih sikap
sosial lainnya.
d. Perkembangan
Emosi
Bermain
merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia
belajar untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk
relaksasi.
Pada beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi.
Pada beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi.
e. Perkembangan
kognitif
Melalui
kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah
yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga dapat
belajar untuk memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat
mengenal dunia sekitarnya dan menguasai lingkungannya.
f. Perkembangan
Fisik
Bermain
memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot tubuhnya,
sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
g. Perkembangan
Kreativitas
Bermain
dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk
mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak
mendapatkan kebebasan.
3. Nilai-nilai
Bermain
Para peneliti telah menemukan bahwa nilai bermain bagi anak sangat luas dan
meliputi seluruh aspek perkembangan anak, baik fisik, kognitif bahasa sosial
emosional maupun kreativitas. Berikut ini akan diuraikan nilai-nilai bermain
bagi tiap-tiap aspek perkembangan anak, yaitu bagi aspek pertumbuhan dan
perkembangan fisik, kognitif dan bahasa, sosial dan emosional (Montolalu,
2007:112).
a. Nilai
Bermain Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
Melalui
permainan, aspek motorik kasar anak dapat dikembangkan. Kegiatan bermain dapat
merangsang anak untuk menggunakan anggota-anggota tubuhnya. Kegiatan dalam
bentuk bermain bebas, seperti berjalan, berlari, melompat, merangkak, melempar,
mendorong, berayun, meluncur, meniti dan sebagainya sangat besar nilainya bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Dalam kegiatan fisik ini seluruh tubuh
anak aktif. Otot-otot besar dan otot-otot kecil memperoleh latihan, termasuk
koodinasi otot-otot tersebut. Anak dapat menyalurkan energinya yang berlebihan
melalui bermain yang mengandung gerakan-gerakan kasar dan kuat. Peredaran
darah, kerja pencernaan makanan dan pernapasan anak menjadi teratur. Disamping
itu kegiatan anak yang mempergunakan banyak tenaga dapat menimbulkan nafsu
makan dan tidur yang sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
b. Nilai
Bermain Bagi Perkembangan Kognitif
Bermain
merupakan media yang amat diperlukan untuk proses berfikir karena menunjang
perkembangan intelektual melalui pengalaman yang memperkaya cara berfikir anak.
Bermain merupakan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan
penelitian-penelitian, melakukan percobaan-percobaaan untuk memperoleh
pengetahuan. Bermain juga membuka kesempatan bagi anak untuk berkreasi,
menemukan serta membentuk dan membangun saat mereka menggambar, bermain air,
bermain dengan tanah liat atau plastisin dan bermain balok.
c. Nilai
Bermain Bagi Perkembangan Sosial
TK
didirikan dengan maksud sebagai pengantar anak memasuki SD dengan memberikan
kesempatan pada anak bersosialisasi melaui cara yang sesuai dengan sifat
alamiah anak yaitu bermain. Itu sebabnya di TK kegiatan bermain tidak bisa
dikurangkan apalagi ditiadakan dengan sengaja atau tidak sengaja sering terjadi
di TK. Dalam situasi bermain anak-anak akan belajar menyesuaikan diri dengan
orang lain, dengan keadaan kadang-kadang jumlah alat permainan yang sedikit
memakasa anak untuk saling berbagi dengan temannya. Anak belajar menunggu
giliran/antri, belajar bekerja sama, saling tolong menolong dan juga belajar
menaati peraturan-peraturan bermain yang dimainkan bersama.
d. Nilai
Bermain Bagi Perkembangan Emosional
Bermain
bersama anak mengalami pertengkaran dan berebut mainan. Hal ini biasa terjadi
dalam proses menyesuaikan diri. Secara berangsur-angsur anak mendapat
kesempatan unfuk mengontrol emosinya, belajar menahan diri dan bersabar.
Disamping itu dari pengalaman pertengkaran yang terjadi, anak akan memperoleh
konsep moral, seperti salah, benar, baik, buruk, jujur, adil, curang, fair dan
sebagainya.
2.3. Permainan
Permata Tersembunyi
Permainan permata tersembunyi dapat dilakukan dengan perlengkapan sebagai
berikut:
Pasir
di wadah plastik yang besar atau kotak pasir di halaman (pilihan lain: beras,
kacang, atau pasir ukuran kecil di dalam karung, plastik besar di dalam baskom,
jika aktivitas ini lakukan di dalam ruangan).
Kotak
kecil yang berbentuk permata dari plastik
Gambar-gambar
yang disesuaikan dengan tema pembelajaran
Adapun
cara melaksanakan permainan tersebut adalah sebagai berikut:
a)
Sembunyikan seluruh permata yang berisikan gambar-gambar di dalam pasir dan
mulailah pencarian dengan menggali untuk menemukan permata tersembunyi
b)
Katakan (jika diperlukan, gunakan isyarat dengan jari) jumlah permata yang
tersembuyi di dalam pasir. Kemudian katakan “ada lima permata tersembunyi di
dalam pasir, Arsya bisakah kamu temukan semuanya?”
c)
Berikan dorongan kepada anak untuk menyusupkan tangannya ke dalam pasir,
alih-alih menyingkirkan pasir itu, untuk mencari permata itu
d)
Menyuruh anak menceritakan sesuatu mengenai permata yang telah ditemukannya
e)
Mintalah anak meletakkan permata yang ditemukannya ke dalam sebuah wadah supaya
dia dapat menghitung, dan menyebutkan nama-nama gambar yang terdapat di dalam
permata tersebut.
Adapun tujuan dari permainan ini adalah:
Anak
dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang ditemukan dalam
permata.
Anak
dapat berbicara dengan kalimat sederhana ketika bercerita tentang permainan
permata tersembunyi yang dilakukannya
Anak
dapat bercerita tentang isi permata yang tersembunyi
Anak
dapat mengucapkan sajak tentang gambar yang didapatkannya dalam permata.
Anak
dapat menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari gambar yang ditemukan dalam
permata.
2.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6
Tahun dapat ditingkatkan melalui permainan permata tersembunyi.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, sebagaimana dikemukakan
oleh Wardani (2002:14) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
kemampuan anak dalam berbahasa lisan dapat ditingkatkan.
Rochiati (2005:24) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok
guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan
refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan yang telah ditetapkan.
3.2. Variabel
Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu :
Permainanan
permata tersembunyi (Variabel Y), merupakan permainan di dalam ruangan dan
tidak punya kesempatan untuk membuat kotak pasir.
Kreativitas
Berbahasa lisan (Variabel X), kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai
ciri-ciri seorang anak yang kreatif berbahasa secara lisan.
3.3. Rencana
dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, adapun setiap siklus dilakukan dalam 4
kali pertemuan. Adapun tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian
tindakan kelas, yaitu: 1) Perencanaan atau persiapan tindakan, 2) Pelaksanaan
tindakan, 3) Observasi dan interpretasi, 4) Analisis data, refleksi.
Suharsimi Arikunto dkk (2006:16) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau
meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan berbahasa
lisan anak, dan diamati oleh observer. Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus, daur siklus penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Suharsimi Arikunto
(2006:16) adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan
Rencana tindakan kelas, berisikan kegiatan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sebagai solusi.
Perencanaan ini dimulai dengan menetapkan kelas sebagai tempat penelitian.
Menyiapkan perangkat pembelajaran mulai dari silabus, Rencana Kegiatan harian,
lembaran observasi guru dan anak, tes kemampuan berbahasa lisan.
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melakukan mempelajari kompetensi dasar,
hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing
kelompok usia, mengidentifikasi tema dan sub tema dan memetakannya dalam jaring
tema, mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan
melalui tema dan sub tema, menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan
dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih.
Pelaksanaan pembelajaran dengan kreativitas berbahasa lisan dilaksanakan guru
dengan cara:
Sembunyikan
seluruh permata (terkubur) di dalam pasir dan mulailah pencarian dengan
menggali untuk menemukan “permata” tersembunyi.
Katakan
(jika diperlukan, gunakan isyarat dengan jari) jumlah permata yang tersembunyi
di dalam pasir. Kemudian katakan “ada lima permata tersembunyi di dalam pasir,
Arshya, bisakah kamu temukan semuanya?”.
Berikan
dorongan kepada anak untuk menyusupkan tangannya ke dalam pasir, alih-alih
menyingkirkan pasir itu, untuk mencari permata itu
Menyuruh
anak menceritakan sesuatu mengenai permata yang telah ditemukannya
Mintalah
anak meletakkan permata yang ditemukannya ke dalam sebuah wadah supaya dia
dapat menghitung, dan menyebutkan nama-nama gambar yang terdapat di dalam
permata tersebut.
c) Pengamatan
Mengamati
hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap anak.
Tujuannya untuk mengetahui kualitas pelaksanaan tindakan. Waktu pelaksanaan
observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan melibatkan
seorang guru lain sebagai pengamat yang menggunakan lembaran observasi.
d) Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari
tindakan dari berbagai kriteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan dan
kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya. Untuk merencanakan perbaikan pada siklus I terlebih dahulu perlu
dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah.
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri
sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi,
masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai
dokumen terkait. Dari hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang
paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan
secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan pada siklus ke II.
Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari, mengembangkan
cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori, berdiskusi dengan teman
sejawat dan pakar, serta menggali pengalaman sendiri.
3.4. Teknik
Pengumpulan Data
Adapun
data dalam penelitian ini adalah data tentang kreativitas berbahasa lisan yang
diperoleh dari hasil pengamatan.
3.5. Analisis
Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data tentang kemampuan berbahasa
lisan, diolah dengan teknik analisis deskriptif yang bersifat kuantitatif.
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif bertujuan untuk menggambarkan
data tentang aktivitas guru dan anak selama proses pembelajaran, dan data
peningkatan kemampuan berbahasa lisan pada anak, selanjutnya penelitian
terhadap kreativitas berbahasa lisan anak menggunakan ketentuan penilaian
menurut Pedoman Penilaian Taman Kanak-kanak dengan menggunakan simbol bintang
sebagaimana telah dijelaskan di atas.
DAFTAR
PUSTAKA
https://skripsipekanbaru.wordpress.com/2013/04/29/contoh-proposal-paud-teori-bahasa-dan-kreativitas/
http://paudjateng.xahzgs.com/2015/09/fungsi-manfaat-bermain-bagi-anak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar