Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Kata "agama"
berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang
terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal
yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang
sempurna kesuciannya.
Pengertian Agama Menurut Para Sosiolog
Guna
mempelajari bagian ini kita akan melihat pengertian agama menurut para
sosiolog : menurut Emile Durkhien “agama merupakan kekuatan
yang amat mempengaruhi sikap hidup manusia secara individual maupun
sosial”. Sementara menurut Franz Dahlermengatakan” agama adalah hubungan
manusia dengan kekuasaan yang suci, dimana kekuasaan yang suci tersebut lebih
tinggi dari adanya manusia”. Hal yang sama dengan
ini Banawiratman mengatakan “bahwa agama bukan hanya ajaran teoritis,
merumuskan iman dan mengarahkan prilaku orang beriman, melainkan juga didalamnya
terdapat norma dan aturan, perintah, dan larangan yang berkenaan dengan etika
dan moral masyarakat.
Dari beberapa pengertian di
atas dapat kita menarik benang merah, bahwa nilai-nilai agama sudah ada dalam
diri manusia dan nilai-nilai tersebut sangat mempengaruhi nilai hidup manusia
sehingga ia memiliki kesadaran bahwa di luar dirinya ada sesuatu yang
lebih tinggi, lebih suci dari dirinya.
Cara beragama
Berdasarkan cara beragamanya:
Tradisional, yaitu cara
beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nenek moyang,
leluhur, atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pemeluk cara agama
tradisional pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan
yang baru atau pembaharuan, dan tidak berminat bertukar agama.
Formal, yaitu cara beragama
berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara
ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau
punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara
beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara
beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang
lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan
tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan
masyarakatnya.
Rasional, yaitu cara beragama
berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha
memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan
pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional
atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
Metode Pendahulu, yaitu cara
beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) di bawah wahyu. Untuk
itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu,
pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada
orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli
yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum
mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu
semua.
Fungsi dan Peran Agama dalam Masyarakat
Ada beberapa alasan tentang
mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain
adalah :
Karena agama merupakan sumber
moral
Karena agama merupakan
petunjuk kebenaran
Karena agama merupakan sumber
informasi tentang masalah metafisika.
Karena agama memberikan
bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke
dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa
sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu
pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang
mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian
itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik
dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia
dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Godaan dan rayuan yang
berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah
Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu
kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.
Godaan dan rayuan yang
berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali
dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik
manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi agama
dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan
menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Agama yang hadir
dalam sejarah peradaban manusia tidak hanya berorientasi kepada Tuhan
(spiritual) namun juga berorientasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dr.Th.
Kobong mengatakan “bahwa agama adalah sumber hidup manusia dalam relasi tiga
dimensi, yaitu relasi dengan Allah pencipta, dengan sesama dan dengan seluruh
ciptaan lainnya”, dan kalau digambarkan demikian:
Allah<--------Agama-------->Sesama
Manusia--------->Ciptaan Lainnya
Memang harus diakui tidak sedikit pemeluk agama meningkatkan kehidupan
spiritualitasnya masing-masing. Tetapi pada sisi lain, kegiatan itu seolah-olah
terpisah dari kehidupan bersama dalam masyarakat. Padahal sejak semula para
pendiri agama tidak memisahkan kehidupan spiritualnya dengan masyarakat..
misalnya, Sidharta Gautama memahami manusia dan dunia sebagai sesuatu
yang beragama dan mempengaruhi. Itu sebab nya perbedaan harus
dihargai. Nabi Mohammad yang mencoba merubah masyarakat Arab yang
primordialisis menjadi masyarakat yang berlandaskan persaudaran
universal. Yesus Kristus, memperjuangkan keadilan, kebenaran dan
kesejahteraan untuk semua orang.
Dalam konteks
Indonesia yang pada dasarnya adalah masyarakat majemuk, dimana kemajemukan itu
dapat kita lihat dalam hal: suku, etnis, bahasa, agama, dan lain-lain. Dalam
hal agama, lima agama besar di dunia ada ditengah–tengah bangsa ini dan itu
dilindungi/diakui oleh undang-undang (legal). Dan para The fonding
fathers telah menetapkan pondasi sebagai titik puncak guna tumbuh
kembangnya agama-agama yang ada itu.
Pancasila
yang adalah landasan Negara telah menjadi payung guna melindungi agama-agama
yang ada di dalamnya. “Pancasila menjadi wadah yang memadai sebagai dasar pijak
bersama seluruh anak bangsa dan agama memberi isi pada dimensi ritual.
Adapun fungsi dan peran agama sebagai mana dimaksud diatas adalah sebagai
berikut:
a. Agar kita dapat selalu ingat akan Tuhan,
petunjuk bagaimana cara kita melayani Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.
b. Sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Artinya jika kita melakukan
sesuatu yang tidak baik, dengan kita punya agama kita bisa disadarkan oleh
ajaran dan agama yang kita anut untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak
baik.
c. Penyelaras hidup dalam masyarakat.
Fungsi Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme,
seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi
kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi
dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa
yang dihuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia
kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi
pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan
mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam
dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia
manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam
menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap
manusia harus menaati Allah SWT
-Menjawab pelbagai soalan
yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang
sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal
manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat
menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk
menjawab soalan-soalan ini.
- Memberi rasa kekitaan
kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor
dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan
keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan
dunia dan nilai yang sama.
– Memainkan fungsi kawanan
sosial.
Kebanyakan agama di dunia
adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah
menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan
agama memainkan fungsi kawanan sosial
Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh
agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau
pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat
negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah
(desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi
agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif
dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai
faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu
ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam
kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.
Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki
peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara
eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan
peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan
menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari
begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga
seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain
Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama
adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan
tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat sempurna
dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama
dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta
membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk
agama
Beberapa tujuan agama
yaitu :
Menegakan kepercayaan manusia
hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
Mengatur kehidupan manusia di
dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga dapat mencapai
kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Menjunjung tinggi dan
melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
Menyempurnakan akhlak
manusia.
Menurut para peletak dasar
ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L Berger, agama merupakan
aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi umumnya agamawan, agama
merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan sampai pada aspek yang
terdalam (seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan kemanusiaan.Masalahnya,
di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para politisi.
Mereka yang mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan
menyia-nyiakan sisi potensial dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian
dijadikan sebagai komoditas yang sangat potensial untuk merebut kekuasaan.Yang
lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen yang
ekspansionis), banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan
misi (baca, mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang dipeluknya. Dan,
para elite agama ini pun tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan
peran signifikan dari negara sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. Maka,
kloplah, politisasi agama menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk
kekuasaan dengan para elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.Namun,
perlu dicatat, dalam proyek “kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih
lihai dibandingkan elite agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka
tampil (seolah-olah) menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan
penyebaran dakwah (misi agama) melalui jalur politik. Padahal sangat jelas,
yang terjadi sebenarnya adalah politisasi agama.Di tangan penguasa atau
politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan yang benar
disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa
mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau
bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai
kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya,disfungsi atau penyalahgunaan fungsi
agama inilah yang seyogianya diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang ada di
organisasi-organisasi Islam semacam MUI. Ulama harus mempu mengembalikan fungsi
agama karena Agama bukan benda yang harus dimiliki, melainkan nilai yang
melekat dalam hati.Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama
kita miliki, bukan kita internalisasi dalam hati. Agama tidak berfungsi karena
lepas dari ruang batinnya yang hakiki, yakni hati (kalbu). Itulah sebab,
mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala tingkah laku manusia
merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula kehidupan
manusia. Hati yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya
agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan
kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.Sayangnya, kita lebih suka meletakkan
agama di arena yang lain: di panggung atau di kibaran bendera, bukan di relung
hati
Dampak Perilaku Agama
Agama Islam merupakan agama
yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Setelah Islam ada agama
Nasrani (Katholik dan Kristen Protestan), Hindu, Buddha, dan aliran kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri khas daerah
seperti Lombok dikenal sebagai Pulau Seribu Masjid, Bali dikenal sebagai Pulau
Seribu Pura. Ini berarti di Lombok penduduk mayoritas beragama Islam dan di
Bali mayoritas beragama Hindu.
Di daerah-daerah lain seperti
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sebagian besar beragama Islam di samping
agama-agama yang lain. Sementara itu, sebagian kecil masyarakat pedesaan di
berbagai daerah masih mempercayai adanya kekuatan-kekuatan atau kesaktian yang
terdapat pada benda-benda pusaka seperti keris dan benda-benda yang lain. Di
samping itu ada yang mempercayai adanya arwah atau roh leluhur dan makhluk
halus yang diyakini oleh mereka bahwa makhluk halus tersebut dapat mendatangkan
kesuksesan, kebahagiaan, ketenteraman, dan keselamatan. Sebaliknya,
makhluk-makhluk halus tersebut diyakini dapat juga mendatangkan bencana,
penyakit, ketakutan, dan kematian. Dari fenomena di atas, maka agama/religi
mempunyai pengaruh dalam kehidupan masyarakat setempat.
Di bawah ini akan Anda
pelajari pengaruh-pengaruh tersebut.
1) Dampak Positif
Adanya keyakinan kepada
agama, dan mempercayai kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, akan menciptakan
masyarakat yang religius karena masyarakat merasa sebagai hamba atau makhluk
Tuhan yang hanya dapat bergantung pada kemurahan atau rahmat Tuhan. Keimanan
dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan menciptakan masyarakat yang
tenang dan tenteram.
2) Dampak Negatif
Adanya kepercayaan sebagian
masyarakat yang masih mempercayai roh atau cousin leluhur, dan hantu yang dapat
mendatangkan kekuatan, keselamatan, bahkan dapat mendatangkan penyakit,
bencana, dan kematian akan memyebabkan semakin tipisnya keimanan manusia karena
mereka tidak menyadari bahwa arwah atau roh hantu juga merupakan makhluk Tuhan.
Yang lebih dikhawatirkan lagi, kepercayaan-kepercayaan tersebut akan
menimbulkan pelanggaran-pelanggaran yang sebenarnya merupakan hal-hal yang
dilarang oleh Tuhan dan melahirkan mental negatif. Hal ini akan menimbulkan
keresahan pada masyarakat.
Sumber