BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Study mengenai jumlah kemiskinan di Indonesia telah berusaha di ungkap oleh BPS
sejak tahun 1984. Penelitian BPS tentang kemiskian absolute menyatakan bahwa
dewasa ini penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan dengan menggunakan
criteria pengeluaran per kapita perbulan.
Sedangkan menurut data dari BPS Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada
bulan Maret 2009 sebesar 323,17 ribu orang (3,62 persen). Dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Maret 2008 sebesar 379.6 ribu orang (4,29 persen), berarti
jumlah penduduk miskin turun sebesar 57,45 ribu (0,67 persen).
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa laju penurunan jumlah pendusuk miskin
begitu cepat di pedesaan di banding di perkotaan di sebabkan oleh adanya arus
urbanisasi dari desa ke kota. Kendatipun harus diakui bahwa secara agregat
penurunan jumlah penduduk miskin tersebut sebagai dampak langsung maupun tidak
langsug dari berbagai kebijaksanaan penmbangunan yang telah dilaksanakan selama
ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan Kemiskinan?
Apa penyebab kemiskinan?
Apa saja dampak kemiskinan?
Bagaimana cara menanggulangi kemiskinan?
I.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalh ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis
mengenai masalah – masalh perekonomian di Indonesia khususnya maslah kemiskinan
. Selain itu mkialah ini digunkan sebagai salah satui syarat memperoleh nilai
pada mata kuliah Ekonomi Pembangunan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan diluar profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.
II.2 PENYEBAB
KEMISKINAN
Kemiskinan banyak
dihubungkan dengan:
penyebab individual,
atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan,
atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah
penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
- penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan keluarga.
- penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
- penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
- penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas
bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun
diAmerika
Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki
jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagaipekerja miskin; yaitu,
orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal
melewati atasgaris kemiskinan.
II.3 DAMPAK KEMISKINAN
Dampak kemiskinan di
Indonesia memunculkan berbagai penyakit pada kelompok risiko tinggi seperti ibu
hamil, ibu menyusui, bayi, balita, dan lanjut usia. “Kita mengakui sejak krisis
ekonomi tahun 1997 jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat”. Kata Azrul
Azwar dari Direktorat Jenderal Bina kesehatan Depkes di Semarang. Ia
mengatakan, kemiskinan yang terjadi di Indonesia menyebabkan cakupan gizi
rendah, pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan buruk, dan biaya untuk
berobat tidak ada. Akibat terkena penyakit, katanya pada lokakarya “Pengentasan
Kemiskinan Melalui Pengembangan Industri Agromedicine Terpadu”, menyebabkan
produktivitas rendah, penghasilan rendah dan pengeluaran bertambah.
Kemiskinan memang tidak pernah berhenti dan tidak bosan menghancurkan cita-cita
masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda. Kemiskinan sudah banyak
“membutakan” segala aspek seperti pendidikan. Sebagian dari penduduk Indonesia
lantaran keterbatasan ekonomi yang tidak mendukung, oleh contoh kecil yang
terjadi di lapangan banyak anak yang putus sekolah karena menunggak SPP, siswa
SD yang nekat bunuh diri karena malu sering ditagih oleh pihak sekolah, anak di
bawah umur bekerja keras dengan tujuan memberi sesuap nasi untuk keluarganya,
dll.
Bagaimana Indonesia mau maju kalau generasi muda yang seharusnya sekolah
sekarang ikut merasakan korban faktor kemiskinan.
II.4 CARA MENAGGULANGI
KEMISKINAN
Kondisi kemiskinan di
Indonesia terus mengalami tren penururnan yang cukup besar. Meskipun demikian,
tantangan ke depan untuk mencapau target yang ditentukan juga masih cukup
besar. Untuk itu,pemerintah telah menetapkan peningkatan kesejahteraan rakyat
dan pengurangan kemiskinan sebagai tema pembangunan pada Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) 2009. Dengan demikian, program penanggulangan kemiskinan tetap
menjadi salah satu prioritas pemerintah pada tahun 2009. Hal ini jika dilihat
dari Rancangan Anggaran dan Belanja Negara yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Sebagai bukti komitmen dalam menanggulangi kemiskinan, Pemerintah akan
menyiapkan anggaran Rp. 66,2 triliun untuk menanggulangi kemiskinan pada tahun
2009. Besaran anggaran untuk program kemiskinan tersebut dalam APBN meningkat
sekitar tiga kali lipat dalam kurun waktu 2005-2008. Dengan anggaran tersebut,
angka kemiskinan ditargetkan dapat berkurang dari 15,4 persen pada tahun 2008
menjadi 12-14 persen pada tahun 2009. Peningkatan anggaran saja tentu belum
cukup tanpa disertai dengan perencanaan program yang lebih efektif. Karena itu,
selain peningkatan untuk mempercepat penurunan tingkat kemiskinan itu
pemerintah telah melakukan harmonisasi dan sinergi program dan anggaran
penanggulangan kemiskinan di tingkat pusat yang implementasinya dijalankan
secara nyata di seluruh Indonesia.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar