“Ck ck ck, sungguh menakjubkan”, decak Kura-kura,
“Bukan main indahnya”.
“Tetapi kek, aku masih melihat yang lebih hebat lagi”, sahut si Bangau.
“Jadi masih ada yang lebih indah lagi lahan alam ini”, tutur Si Bangau.
Kakek kura-kura menunduk sedih. Semua itu
“Tentu saja kek, tak terhitung jumlahnya keindanya dapat didengarnya
saja dari cerita si bangau. Ia sendiri tak pemah melihatnya.
“Mengapa kakek sedih”, tanya si Bangau,
“Adakah ucapanku mengganggu perasaan kakek?”
Kura-kura tua itu menggeleng. Ia lalu
menceritakan betapa inginnya ia melihat sendiri semua yang diceritakan
sahabatnya itu. Sejenak si Bangau termenung, lalu ia tersenyum.
“Ha, aku ada akal”, ujar si Bangau, ‘Aku dapat membawa kakek terbang untuk melihat-lihat tempat yang kuceritakan itu.”
“Sungguhkah?” kakek kura-kura tertarik. “Tetapi bagaimana caranya?”
“Mudah sekali”, sahut si Bangau, akan
kugigit sebatang ranting, lalu kakek gigit pula ujung ranting itu. Nanti
aku akan terbang membawa kakek berkeliling.”
“Waaah akalmu sungguh hebat, baik, marilah bawa aku terbang”, kakek Kura-kura tak sabar.
“Tunggu kek”, cegah si Bangau, “sebelumnya kakek harus berjanji padaku.”
“Ya ya aku berjanji.”
“Tidak, maksudku kakek harus berjanji selama perjalanan tidak boleh mengatakan apapun.”
“Tentu, tentu, aku berjanji”
“Maka si bangau Pun mengambil sebatang
ranting. Ia menggigit ujung ranting itu dengan paruhnya. Lalu ujung
lainnya ranting itu disodorkan kepada kakek kura-kura. Si tua kura-kura
itu pun menggigit ujung ranting itu.
Si bangau mulai mengepakkan sayapnya.
Perlahan tubuhnya mulai mengangkasa. Kura-kura yang menggigit ranting
terbawa. Terbanglah mereka.
Gemetar ketakutan luar biasa kakek
kura-kura. Untuk pertama kalinya ia merasakan tubuhnya terbang. Kedua
matanya ditutup rapat-rapat, tak berani ia melihat.
Beberapa lama mereka berdoa
melayang-layang di udara. Kakek kura-kura mulai berani membuka matanya.
Hup, hampir gigitannya lepas. Ia terperanjat melihat pemandangan dari
atas. Perlahan ia membuka kembali matanya, rasa takut masih menganggu,
namun apa yang dilihatnya sungguh menakjubkan.
Luar biasa, segala keindahan yang sering
diceritakan si bangau kini terhampar di matanya. Tak terkira takjubnya
kakek kura-kura. Lupa lah ia akan janjinya….
“Wah li…. “Mulut kakek kura-kura terbuka. “…aaa…”
Terjatuhlah kakek Kura-kura yang malang.
Tubuhnya hancur mengempas bumi. Si bangau tak kuasa menolongnya. Ia
hanya mampu menitikkan air mata.
Sumber
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Cerita Rakyat Betawi, 2004
Dinas Pariwisata dan Kebuadayaan Provinsi DKI Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar